Nahdlatul
Ulama Provinsi Lampung adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang
terdapat dalam lingkup wilayah Provinsi Lampung yang berhaluan Ahlussunah wal
Jama’ah (Aswaja), dan merupakan bagian dari organisasi keagamaan (Jami’yah
Diniyyah Islamiyyah) Nahdatul Ulama tingkat Nasional. Sebagaimana induknya,
organisasi ini ditujukan sebagai wadah mempersatukan diri dan langkah dalam
melaksanakan tugas dan memelihara, melestarikan, mengemban dan mengamalkan
ajaran Islam ‘ala ‘ahadil madzhabil arba’ah dalam rangka mewujudkan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi gerakan perbaikan
(harakah ishlahiyah), langkahlangkah gerakannya meliputi penguatan umat
(taqwiyatul ummah), melindungi dan menjaga umat (himayatul ummah).
Prinsip-prinsip yang dicanangkan Nahdatul Ulama telah diterjemahkan dalam
perilaku konkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa
Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan
responsif terhadap perkembangan zaman. Tujuan organisai NU adalah menegakkan
ajaran Islam menurut paham Ahlussunah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan
usaha organisasi NU di bidang agama adalah melaksanakan dakwah Islamiyah dan
meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam
perbedaan. Di bidang pendidikan, NU melakukan usaha menyelenggarakan pendidikan
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas. Di bidang sosial-budaya, NU mengusahakan
kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan
kemanusiaan. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
Selain itu, NU juga mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat
luas. Lembaga dan Badan Otonom yang ada di bawah naungan Nahdlatul Ulama
adalah:
a.
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
b.
Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU)
c.
Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU)
d.
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
e.
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPNU)
f.
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
g.
Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM NU)
h.
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU)
i.
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (LESBUMI NU)
j.
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU)
k.
Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama (LWPNU)
l.
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU)
m.
Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU)
n.
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU)
o.
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU)
p.
Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU)
q.
Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU)
r.
Lembaga Penanggulangan Bencana & Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU)
s.
Muslimat Nadhlatul Ulama
t.
Fatayat Nadhlatul Ulama.
u.
Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP ANSOR)
v.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
w.
Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU).
x.
Ikatan Pelajar Putri Nadhlatul Ulama (IPPNU).
y.
Jam’iyyah Ahli Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN)
z.
Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh (JQH)
aa.
Ikatan Sarjana Nadhlatul Ulama (ISNU).
bb.
Serikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI).
cc.
Ikatan Pencak Silat (IPS) Pagar Nusa.
dd.
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)
ee.
Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama
ff.
Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARINU)
SITUASI
LAMPUNG DEWASA INI
Situasi
daerah Lampung yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh dan
dipengaruhi oleh organisasi NU Provinsi Lampung pada masa khidmat 2018 - 2023
diantaranya adalah:
1. Provinsi
Lampung saat ini masih menjadi salah satu provinsi miskin di Indonesia.
Sebagian besar penduduknya yang berjumlah saat ini sekitar 7.972.246 jiwa hidup
dalam keadaan kurang layak, termasuk di dalamnya warga nadhliyin. APBD Provinsi
Lampung yang di tahun 2017 lalu mencapai sekitar 6,8 trilyun rupiah, belum
mampu mengangkat harkat masyarakat Provinsi Lampung. Ini tentunya harus menjadi
perhatian serius berbagai pihak termasuk NU Provinsi Lampung. Upaya-upaya
pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi umat harus dipikirkan jalan
keluarnya.
2. Provinsi
Lampung tahun 2018 ini akan menggelar pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
tepatnya tanggal 27 Juni 2018 nanti termasuk memilih Bupati dan Wakil Bupati di
2 Kabupaten yaitu Tanggamus dan Lampung Utara. Jabatan strategis tersebut tentu
diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada. NU Lampung sebagai salah
satu organisasi dengan jumlah massa paling besar menjadi incaran untuk
didekati. Maka hal mendesak adalah agar NU Lampung mampu membangun posisi
politiknya dengan baik, sehingga khittahnya sebagai organisasi massa yang tidak
berpolitik praktis tetap terjaga, sementara kepentingan politiknya tetap dapat
terakomodasi oleh pemerintah yang berkuasa nantinya.
3. Tekanan
terhadap pluralisme yang terjadi secara Nasional di Indonesia mengimbas pula di
Provinsi Lampung. Meskipun belum terjadi konflik fisik yang keras, gejalagejala
ke arah sana potensinya harus tetap diwaspadai. Hal ini berkaitan dengan makin
maraknya mobilisasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam radikal, baik
di kalangan kampus / mahasiswa maupun elemen masyarakat lainnya. NU Lampung
sebagai wakil dari pelopor kekuatan demokrasi yang pro Pancasila dan
pluralisme, tetap harus tampil di depan memipin gerakan membumikan Islam
Washatiyyah yang kita kenal dengan Islam Nusantara termasuk di Lampung ini. 33
4. 5.
4. Gaya
hidup materialisme dan pola hidup konsumerisme yang pro barat semakin kuat
menjangkiti masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Lampung ini.
Selain menjauhkan umat dari sikap-sikap kesederhanaan dan kedermawanan yang
diajarkan Islam, materialisme memunculkan kesenjangan yang semakin nyata antara
si kaya dan si miskin. Gencarnya arus informasi melalui tayangan televisi jelas
tidak bisa dibendung dengan jalan melakukan pembatasan-pembatasan. NU Lampung
dituntut untuk berpikir kreatif untuk meminimalisir dampak kebebasan informasi
tersebut.
5. Budaya
matrialisme juga merambah dunia pendidikan kita. Fenomena komersialisme
pendidikan mengakibatkan makin banyaknya jumlah anak yang tidak mampu
melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi karena semakin tingginya biaya
pendidikan disamping makin melemahnya kemampuan orang tua untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya. Bahkan Perguruan Tinggi Negeri pun telah mencanangkan
diri sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang berorientasi kapital. Tentu
ini harus disikapi dengan cepat bila tidak menginginkan masyarakat Lampung
menjadi semakin rendah kualitas SDM-nya dan hanya dapat menjadi penonton di
daerahnya sendiri.
MASYARAKAT
PENDUKUNG NU LAMPUNG
Masyarakat
pendukung NU di Lampung sangat beragam. Di satu pihak ada para kelompok ulama,
kaum intelektual, birokrat, politisi, profesional, seniman dan budayawan yang
semuanya dapat dikategorikan ke dalam kelompok masyarakat menengah dan elite.
Mereka adalah tokoh masyarakat yang sering menjadi panutan masyarakat baik di
desa maupun perkotaan. Nasehat dan saran mereka biasanya didengarkan oleh
masyarakat secara umum. Kelompok inilah yang banyak memegang tampuk
kepemimpinan NU di berbagai tingkatan di Provinsi Lampung ini. Di pihak lain
ada petani, buruh, nelayan, pengusaha kecil yang biasanya digolongkan sebagai
kelompok masyarakat akar rumput (grass root) dan sebagian besar berada di
daerah pedesaan, merupakan basis pendukung terbesar dan dominan NU Lampung. Dua
kelompok besar itulah yang secara terpadu harus dijadikan basis untuk
membesarkan NU dan menjadi jama’ah yang memperoleh manfaat dari layanan yang
diberikan oleh NU. Harapan masyarakat pendukung (Konstituen) Kepada NU
Nahdlatul Ulama diharapkan mampu menjaga, mengembangkan dan menebarkan
nilai-nilai Islam Aswaja sehingga bisa membawa warna pada budaya kehidupan
(Cultural Behavior) masyarakat. NU Lampung juga diharapkan berperan sebagai
pemersatu bangsa. Sejarah telah membuktikan keberadaan NU menjadi salah satu
soko-guru bagi keberlangsungan kehidupan bangsa Indonesia. Di masa
pra-kemerdekaan Indonesia, organisasi NU telah menjadi salah satu pilar The
Founding Fathers. Pada masa pasca kemerdekaan, NU menjadi pelindung bagi
pemerintah Indonesia. Di era Orde Lama, NU menjadi pelopor, meskipun kemudian
dianggap oportunis. Di era Orde Baru, sewaktu-waktu tampil dengan wajah kritis
terhadap pemerintah. Kebijakan NU senantiasa untuk keberlangsungan bangsa.
Sampai saat ini di era Reformasi, NU tetap tampil sebagai pemersatu bangsa
dalam menjaga NKRI. 34 Pemahaman NU berada pada jalan tengah dari dua ekstrim
yaitu ekstrim ‘aqliy (rasionalis) dan ekstrim naqliy (skripturalis). Aswaja
diterjemahkan secara operasional sebagai Tawassuth (moderat), Tawazun (seimbang),
I’tidal (tegak lurus) dan Tasamuh (toleran), baik dalam kehidupan keagamaan
maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
NILAI-NILAI YANG
DIJUNJUNG TINGGI OLEH NU
Nilai-nilai yang
dijunjung tinggi adalah keadilan (al-‘adah), kejujuran (al-siddiq), yang
mempunyai sisi lain, yakni keterbukaan dan persamaan (al-musawah), kemandirian
dan kesahajaan. Di samping itu nilai keilmuan, kebangsaan, kemanusiaan,
demokratis dan amanat itu juga diharapkan menjadi dasar tatanan kaidah sosial
yang menopang perilaku sosial, yakni kesemestaan, keteraturan, keselarasan dan
ketentraman. Kebijakan dan program NU pada dasarnya adalah mengejewantahkan
dari nilai-nilai tersebut, yang bersumber pada ajaran Ahlussunah wal Jama’ah.
Nilai-nilai tersebut akan menjadi pedoman ajaran landasan bagi segala upaya
untuk membangun jami’yyah dan jama’ah NU.
CIRI KHAS NU
LAMPUNG (PERBEDAAN DENGAN ORGANISASI LAIN)
Seperti halnya
organisasi NU dalam tingkatan makro (nasional), NU Lampung memiliki
ciri/kekhasan tersendiri terutama pada paham dan tradisi keagamaan yang
spesifik yakni Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, yang sering juga disebut sebagai
kelompok tradisionalisme di kalangan Islam. Dalam tradisi NU, termasuk juga NU
Lampung, penguasaan terhadap wacana keagamaan dan pengetahuan keagamaan
Ahlussunnah wal Jama’ah dengan segenap tradisinya merupakan barometer bagi
kesalehan dan kewibawaan seseorang. Tradisi keagamaan itu merupakan tanggung
jawab (fardu’ain) bagi seluruh nahdliyyin, dan diturunkan dari generasi ke
generasi sehingga menjadi sebuah cara hidup (tradisi). Bagi warga nahdiyyin
ulama’ merupakan maqam tertinggi karena diyakini sebagai waratsatul anbiya’,
ulama tidak saja menjadi anutan masyarakat dalam hal keagamaan tetapi juga
diikuti tindak tanduk keduniaannya. Untuk sampai ke tingkat itu selain
menguasai kitab-kitab salaf al-Qur’an dan Hadist harus ada pengakuan dari
mayarakat luas. Ulama dengan kedudukan semacam itu dipandang bisa mendatangkan
barokah. Kedudukan yang begitu tingginya ditandai dengan kepatuhan dan
penghormatan (tawaddu’) anggota masyarakat terhadap NU. Persaudaraan (ukhuwah)
di kalangan nahdliyyin sangat menonjol. Catatan sejarah menyatakan bahwa dengan
nilai persaudaraan itu (ukhuwah) NU ikut secara aktif membangun visi kebangsaan
Indonesia yang berkarakter ke-Indonesia-an. Hal ini bisa dilihat dari
pernyataan NU bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk
final dari perjuangan kebangsaan Indonesia, NKRI adalah harga mati. Komitmen
yang selalu dikembangkan adalah komitmen kebangsaan religius dan berbasis Islam
yang inklusif. Ciri menonjol lainnya, bahwa komunikasi di dalam NU lebih
bersifat informal dan personal. Implikasi dari ciri yang demikian ini sering
menimbulkan dampak negatif berupa performance fisik yang terlihat santai,
komunikasi organisasional kurang efektif, ditambah dengan kecenderungan lain
berupa kebijakan-kebijakan organisasi (jam’iyyah) seringkali mengikat jama’ah,
karena jama’ah seringkali lebih taat kepada kiyai panutannya daripada ketaatan
kepada organisasinya.
Sumber: Buku Panduan Konferwil NU Lampung
EmoticonEmoticon