Image || Istimewa |
الصَّوْمُ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ :
10 - مِنَ الأَْيَّامِ الَّتِي نُهِيَ عَنِ الصِّيَامِ فِيهَا أَيَّامُ التَّشْرِيقِ ، فَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : أَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٌ لِلَّهِ
Artinya: sebagian dari hari-hari yang dicegah untuk melakukan puasa adalah hari tasyriq. tersebut didalam Shohih muslim Nabi SAW Bersabda: Hari-hari Mina adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah SWT.
Namun, menurut kalangan Hanabilah, Malikiyah dan Qoul Qodim Syafi’iyah menyebutkan: bagi orang yang menjalankan haji tamttu’ dan Qiran boleh melaksanakan puasa pada hari tersebut jika memang tidak menemukan hadiah. Hal ini didasarkan pada keterangan yang terdapat dalam kitab Fathul Baari, sebagaimana disebutkan
إِلاَّ أَنَّهُ يَجُوزُ لِلْمُتَمَتِّعِ أَوِ الْقَارِنِ الَّذِي لَمْ يَجِدِ الْهَدْيَ أَنْ يَصُومَ هَذِهِ الأَْيَّامَ ؛ لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ أَنَّهُمَا قَالاَ : لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْيَ (
Artinya: kecuali bagi orang yang haji Tamattu’ dan Qiran, boleh untuk melaksanakan puasa pada hari-hari tersebut, jika tidak mendapatkan hadiah.
Hal ini juga berdsarkan pada hadist:
لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ أَنَّهُمَا قَالاَ : لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْيَ (
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Aisyah RA, keduanya berkata: “Tidak ada kemurahan di hari Tasyriq untuk dipuasai, kecuali bagi orang yang tidak menemukan hadiah.
Tetapi pada pendapat lain menyebutkan, Imam Ahmad, Imam Malik dan Qoul Qodim nya Imam Syafi’i, tetap tidak memperbolehkan Puasa pada Hari Tasyriq. Hal ini berdsarkan pada Hadist pertama.
Kalangan Hanabilah, Syafi’iyyah dan malikiyyah berpendapat “Barangsiapa bernadzar menjalani puasa dalam satu tahun, tidak masuk dalam nadzarnya hari-hari tasyriq, berbukalah dan tidak ada qadha baginya karena hari-hari tasyriq memang hari berbuka dan tidak dapat disentuh oleh nadzar sekalipun.
Dalam Fiqhul Arba’ah disebutkan;
ولو صام وجاء يوم الفطر أو النحر أو أيام التشريق فإن صيامه يبطل
Bila seseorang puasa dan tiba ditengah puasanya hari ied fitri, ied adha atau hari-hari tasyriq maka puasanya BATAL. [ alFiqh alaa Madzaahib al-Arbaah IV/238 ].
Dari beberapa keterangan diatas kiranya cukup jelas kenapa pada hari tasyriq tidak diperbolehkan untuk melakukan puasa, sekalipun itu karena bernadzar. Meskipun pada pendapat lain menyebutkan tentang bolehnya berpuasa pada hari Tasyriq, namun para Ulama’ Madzhab tetap tidak membolehkan puasa pada hari tersebut. Namun, dalam Qoul Imam Syafi’i terdapat perbedaan pada versi Qaul Qadim dan Qaul Jadid;
Qoul jadid : Haram berpuasa sesuai sabda nabi naha 'an shiyamiha(ayyami at tasyriq).
Qoul qodim : Boleh berpuasa bagi orang yang tidak mndapatkan dengang kurban,tpi jka selain tu maka harom puasa hari2 tasyriq.yang di isyarohkn kepada firman allah(fa shiyamu tsalatsati ayyamin fi al hajji).
dalam kitab al bukhori dari siti 'aisyah dan shobat umar Ra,tidak di bolehkan tau di ringankan puasa pada hari-hari tasyriq kcuali bagi orang yang tdak mendapatkan dengang kurban(al hadyu).
Imam nawawi memilih qoul tersebut n imam ibnu shilah menshohehkn qoul tersebut. sedangkn menurut madzhab tidak boleh. [ Kifayatul akhyar 1/209 ].
EmoticonEmoticon